Sabtu, 19 Januari 2013

Cerpen Manusia dan Harapan


Bagi kebanyakan orang, kelulusan adalah hari yang sangat menyenangkan – puncak dari kerja keras bertahun-tahun. Tetapi kelulusanku... tidak.
Aku ingat akhir pekan dua tahun yang lalu. Keluarga dan teman datang dari berbagai negara untuk melihat kita berjalan di panggung. Tetapi seperti tiap orang di angkatanku, aku melihat keadaan ekonomi berubah dari buruk menjadi semakin buruk. Kita lulusan yang memiliki gelar, tetapi prospek yang sangat terbatas. Banyak lamaran pekerjaanku tidak diterima dan aku tahu pada hari berikutnya, saat rumah yang aku sewa sudah sudah habis waktunya, aku tidak akan lagi memiliki tempat yang disebut rumah.
Kamu tahu perasaan itu, saat kamu bangun dan hanya diliputi oleh ketakutan? Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan – rasa kegagalan terus menghantui sampai kamu berharap bahwa segala sesuatu yang terjadi sejauh ini hanya mimpi buruk? Perasaan itu terjadi terus menerus dalam hidupku. Sehari seperti seminggu, seminggu seperti sebulan, dan bulan-bulan yang terasa seperti kemelaratan tiada akhir. Dan bagian yang paling membuat aku frustasi adalah tidak peduli berapa kali aku mencoba, aku seperti tidak membuat kemajuan apapun.
Jadi apa yang aku lakukan untuk menjaga kewarasan diriku? Aku menulis. Menulis kata-kata dalam tiap halaman membuat segalanya tampak sedikit lebih jelas – sedikit lebih cerah. Tulisan itu memberiku harapan. Dan jika kamu sangat menginginkan sesuatu... kadang sedikit harapan adalah yang kamu butuhkan!
Aku menyalurkan rasa frustasiku ke dalam sebuah buku anak-anak. Beyond The River adalah sebuah cerita kisah kepahlawanan seekor ikan kecil yang menolak untuk menyerah dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.
Dan kemudian suatu hari, tanpa memiliki gelar dalam menulis ataupun kontak dan relasi dalam dunia tulis menulis – hanya dengan kerja keras dan ketekunan – aku ditawari kontrak penerbitan untuk buku pertamaku! Setelah itu, perlahan-lahan segala sesuatu mulai jatuh pada tempatnya. Aku ditawari kontrak untuk buku kedua. Kemudian, beberapa bulan kemudian, aku dipanggil wawancara dengan The Walt Disney Company dan dipekerjakan setelah itu.
Jangan menyerah. Meskipun segala sesuatu terlihat suram sekarang, jangan menyerah. Dua tahun lalu aku meringkuk di mobilku memakan sup dingin. Segala sesuatunya kini berubah. Jika kamu bekerja keras, memberikan waktu, dan tidak menyerah, segala sesuatu akan selalu lebih baik. Seringkali mimpi kita hanya berada di hulu sungai... apa yang kita butuhkan adalah keberanian untuk mendorong diri kita ke seberang.

Refleksi Pancasila Sebagai Ideologi

Selama ini pancasila memang efektif sebagai ideologi yang mempersatukan Indonesia secara politik, tetapi belum mampu dijadikan sebagai ideologi ekonomi, sosial, dan budaya. Mengapa? Karena pancasila hanya dijadikan alat sebagai menancapkan rezim untuk menghegemoni, pada masa orde lama Pancasila cenderung ke kiri (komunisme), sedangkan rezim orde baru pancasila cenderung ke kanan, sedangkan pada saat ini relatif cenderung jalan di tempat. Selain itu kita masih memahami pancasila sebagai mitos bukan sebagai ideologi negara. Ada hari kesaktian pancasila, kita lebih memandangnya sebagai mitos daripada sebagai sejarah, sebab “sakti” dalam sistem pengetahuan agraris kita mengandung unsur mistik. Mistifikasi Pancasila  tak terelakkan, seolah-olah Pancasila sebagai makhluk sakti mandraguna yang mempunyai kehidupan sehari-hari, lepas dari bangsa Indonesia yang melahirkan dan mendukungnya melalui proses yang panjang.

Untuk mengembalikan ruh pancasila sebagai ideologi negara pancasila dituntut tetap pada jati dirinya, antara lai :
1. Konsisten
Artinya, satu sila harus merupakan kesatuan yang padu, misalnya sila ke-1 harus mempunyai hubungan yang logis dengan pasal 29 (Agama) UUD 1945, dan sebagainya.

2. Koheren
Artinya, satu silat harus terkait dengan sila yang lain. Sila Kemanusiaan tidak boleh lepas dari sila Ketuhanan. Sila persatuan Indonesia tidak boleh lepas dari sila Kemanusiaan, dan sebagainya.

3. Koresponden
Artinya, ada kecocokan antra praktik dengan teori, kenyataan dengan ideologi, dan sebagainya.

Perbandingan Ideologi Liberalisme, Komunisme, dan Pancasila



  1. 1.      Liberalisme
Jhon Locke (1632-1704) merupakan orang pertama yang meletakan dasar-dasa ideologi liberal. Liberalisme muncul sebagai reaksi  terhadap filsafat Filmer yang mengatakan bahwa setiap kekuasaan bersifat monarki mutlak dan tidak ada yang lahir bebas (Magnis suseno,1994). Dengan kata lain, ciri liberalisme  adalah sebagai berikut[1] :
  1. Memiliki kecenderungan untuk mendukung perubahan
  2. Mempunyai kepercyaan terhadap nalar manusiawi
  3. Bersedia menggunakan pemerintah  untuk meningkatkan kondisi manusiawi
  4. Mendukung kebebasan individu
  5. Bersikap ambivalen terhadap sifat manusia ( Lyman Tower sargent,1986:96)
Walaupun di atas telah disebutkan ciri-ciri liberalisme, kecuali sifat ambivalennya terhadap sifat manusia, namun liberalisme mempunyai kelemahan-kelemahan yakni Liberalisme buta terhadap kenyataan, bahwa tidak semua orang kuat kedudukannya dan tidak semua orang sama cita-citanya. Oleh karena itu, kebebasan yang hampir tanpa batas itu dengan sendirinya dipergunakan oleh individu-individu dan kelompok-kelompok yang kuat untuk semakin memperluas pengaruhnya. Akibatnya tanggung jawab sosial seluruh masyarakat ditolak oleh liberalisme sehingga melahirkan istilah binatang ekonomis. Artinya manusia hanya mementingkan keuntungan ekonomisnya sendiri.
Maka dapat diartikan bahwa hal-hal yang terdapat dalam liberalisme terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945, teetapi pancasila menolak liberalisme sebagai ideologi bersifat absolutisasi dan determinasi. Absolutisasi diartikan sebagai adanya proses pemutlakan hal-hal yang pada hakikatnya tidak mutlak. Sedangkan determinasi adalah ajaran bahwa sesuatu itu secara mutlak telah ditentukan dan dibatasi oleh faktor-faktor tertentu.[2]
  1. 2.      Komunisme
3 ciri negara komunis adalah[3] :
  1. Berdasarkan ideologi Marxisme-Leninisme, artinya bersifat materialistis, atheis dan kolektivistik,
  2. Merupakan sistem kekuasaan satu partai seluruh masyarakat
  3. Ekonomi komunis bersifat etatisme[4]
Ideologi komunisme bersifat absolutisasai dan determinis, karena memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu , hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam negara komunis. Manusia dianggap sebagai “sekrup” dalam sebuah kolektivitas.[5]
Pancasila  sebagai ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pancasila bertitik tolok dari pandangan bahwa manusia secara kodrati bersifat monopluralis[6], manusia secara kodrati terdiri dari susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan kodrat yang harus diwujudkan secara seimbang
  1. 3.      Pancasila
Soeryanto poespo wardojo, mengemukakan bahwa pancasila sebagai orientasi kemanusiaaan , bila dirumuskan negatif antara lain:
  1. Pancasila bukan Materialisme
Erik Fromm mengatakan bahwa dalam masyarakat modern, manusia telah teralienasi (terasing) dari diri sendiri dan lingkungannya. Manusia tidak bebas, karena harus tunduk pada irama kehidupan.[7]
  1. Pancasila bukan pragmatisme
Pragmatisme merupakan faham yang menitikberatkan atau meletakan kriteria tindakan manusia pada pemanfaatan atau kegunaan. Pandangan ini jika ditarik lebih jauh akan bermuara pada tindakan yang inhuman. Pancasila mengakui manusia sebagai pribadi yang bernilai pada dirinya sendiri (intrinsik) dan tidak boleh direduksikan ke bawah kriteria manfaat atau kegunaan saja.
  1. Pancasila bukan spiritualisme[8]
Faham ini ternyata dalam telah dipakai untuk untuk melegitimasi tindakan otoriter dan tidak demokratis dari penguasa.
Sedangkan jika dirumuskan positif pancasila mempunyai ciri-ciri
  1. Integral
Dalam arti Pancasila mengajarkan ajaran kemanusiaan yang integral. Manusia adalah individualitas dan sekaligus sosialitas yang dimana manusia itu memiliki masing-masing otonom dan korelatif.
  1. Religius
Merupakan hal berkaitan dengan yang adikodrati[9], yang bersifat supranatural dan transendental. Dengan demikian faham kemanusiaan yang humanisme-religius. Mengingkari Tuhan sebagai pencipta berarti mengingkari eksistensi dirinya sendiri. Pancasila dengan sendirinya menolak ateisme dan buka pula negara agama (teotokrasi) sekaligus bukan pula negara sekuler.
  1. Etis
Yaitu filsafat yang berkaitan dengan tindakan manusia yang dapat dikenal ukuran baik buruknya.

Manusia dan Harapan


PENGERTIAN HARAPAN.

Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita.

Harapan hampir mirip dengan cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu yang diinginkan setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Meskipun demikian, harapan dan cita-cita memiliki kesamaan, yaitu :
1. Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud.
2. Pada umumnya baik cita-cita maupun harapan adalah menginginkan hal yang lebih baik atau lebih meningkat.

Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu :
1. Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain.
Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah :
a. Kelangsungan hidup (survival).
b. Keamaanan (safety).
c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
d. Diakui lingkungan (status).
e. Perwujudan cita-cita (self-actualization).
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

PENGERTIAN KEPERCAYAAN

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”.

3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban.
Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara dan pemerintah.

4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.

Manusia dan Pandangan Hidup


 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
      Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya.Dan karena hal itu manusia mempunyai pandangan hidup
1. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
 Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbanganyang dijadikan pegangan ,pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia ini.
2. PANDANGAN HIDUP DIBEDAKAN BERDASARKAN ASALNYAA Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.B. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.C. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
3. UNSUR PANDANGAN HIDUP
a.    CITA – CITA
Cita –cita merupakan suatu keinginan yang akan di capai atau dituju dalam jangka waktu yang direncanakan. Cita – cita biasanya juga disebut dengan angan –angan , kemauan, keinginan , atau harapan.
      b. KEBAJIKAN
             Kebajikan atau kabaikan ialah suatu perbuatan, tingkah laku, sikap yang dianggap sesuai dengan norma dan nilai yang ada pada masyarakat dan bermanfaat.Suara hati merupakan penentu dalam diri kita dalam melakukan kebaikan atau tidak.
c.    Sikap hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi iniSikap dapat dibentuk dan dapat berubah sesuai kondisi dan situasi lingkungan.






Kamis, 03 Januari 2013

Tugas IBD ( Manusia dan Keadilan )


Pengertian Keadilan

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah
antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau
benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang
harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian
yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
Keaadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang
mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja,  masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

Berbagai Macam Keadilan
1.Keadilan legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat
dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya
paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang
lainnya disebut keadilan legal

2.Keadilan distributive
Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).

3.Keadilan komutatif 
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung
ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.

Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar 
norma tersebut dan jadilah kecurangan.

Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah
laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran
manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak
hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrih, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan
menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar  atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban
itu adalah pembalasan.